Peringatkan Bahaya Mental Inlander, LPKPU Sambangi SMKN 2 Cibinong

Peringatkan Bahaya Mental Inlander, LPKPU Sambangi SMKN 2 Cibinong Foto bersama usai kegiatan MGTS di SMKN 2 Cibinong. Foto: istimewa

MUI-BOGOR.ORG, CIBINONG – Lembaga Pengkajian Keagamaan dan Pemberdayaan Umat (LPKPU) MUI Kabupaten Bogor menyambangi SMKN2 Cibinong dalam kegiatan MUI Goes to School (MGTS) bertempat di Gedung Serba Guna SMKN2 Cibinong, Rabu (19/6/2034).

Sekretaris LPKPU Alfisa Triatmoko, S.Pd., dalam paparannya menyampaikan bahaya mental inlander bagi siswa/i.

“Hari ini para penjajah kolonial sudah pergi, namun peninggalannya masih ada dan menjadi masalah berat bagi bangsa ini. Mereka menaklukkan bangsa ini dengan membuat kesadaran rendah sehingga melahirkan mental inlander. Mental yang merasa bangsa sendiri selalu merasa lebih rendah dari bangsa asing”, ujar Kang Alfis sapaan akrabnya dihadapan empat ratus lebih siswa/i SMKN 2 Cibinong.

Suasana MGTS di SMKN 2 Cibinong. Foto: istimewa

Alumni Pertukaran Pemuda ASEAN – Jepang tersebut menegaskan, bahwa mental inlander ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan anak muda Indonesia, karena hancurnya sebuah peradaban bangsa dimulai dari menghancurkan para pemudanya, dan menghancurkan pemudanya dengan cara merusak kesadaran mentalnya.  

“inlander ini kalau dilihat dalam konsepsi kesadaran, berada di level terendah yaitu 20 atau istilahnya  shame artinya malu, merasa dirinya tidak berharga, terhina, dan menolak untuk maju. Oleh karena itu, agar kalian menjadi siswa/I yang kuat, berdaya saing, dan maju maka naikkan level kesadarannya minimal di level 200 yaitu berani atau Courage yakni memberdayakan diri dan mengafirmasikan diri dengan hal-hal yang positif”, jelas Alumni PKU Angkatan X itu.

Foto bersama usai MGTS di SMKN 2 Cibinong. Foto: istimewa

Selain tentang bahaya mental inlander, Kang Alfis juga mengingatkan akan bahaya masalah-masalah sosial lain, seperti bahaya LGBTQ+, tawuran, perundungan, judi online, hingga paham menyimpang dan radikalisme.

“Saya mengajak adik-adik semua untuk memaksimalkan potensi diri dengan keberanian, kepercayaan, optimis, memaafkan, memahami, dan menaruh rasa hormat (ta’zhim) kepada kedua orang tua dan guru yang telah berjasa dalam hidup kalian”, pungkasnya. (fw)