MUI-BOGOR.ORG – Ketua MUI Pusat bidang Fatwa Prof. KH. Asrorun Niam Soleh menghimbau umat Islam merayakan Idul Fitri dengan sukacita dan semangat kebersamaan, jangan dijadikan ajang pamer harta (flexing) ataupun mengajukan berbagai pertanyaan yang sensitif dan menyinggung.
Hal itu disampaikan oleh Ketua MUI Bidang Fatwa MUI Pusat Prof. Dr. Asrorun Niam dikutip dari mui.or.id, Kamis (11/4/2024).
Menurut Guru Besar UIN Jakarta tersebut, Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk membangun kebersamaan dan rasa cinta kasih. Pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung dan sensitif akan mengotori rasa kebersamaan itu.
“Begitu pula flexing atau ajang pamer harta juga membuat cinta kasih yang seharusnya tumbuh ketika Idul Fitri justru berubah, ” ujarnya.
Dalam cakupan yang lebih luas, Prof. Asrorun Niam menuturkan, Idul Fitri ini perlu dimaknai sebagai momen rekonsiliasi nasional pasca Pemilu 2024.
“Jangan menyimpan dendam dan pembangunan itu menjadi komitmen bersama. Saatnya semua bersama-sama membangun bangsa, sesuai dengan kompetensinya,” tuturnya.
Perayaan Idul Fitri, lanjut Prof. Niam, yang dilaksanakan secara bersama ini merupakan ‘Amul Jamaah yakni tahun kebersamaan dan persaudaraan.
“Membangun rekonsiliasi nasional untuk bersama-sama membangun bangsa. Saatnya mengedepankan kebersamaan dan titik temu serta menurunkan ego,” terangnya.
Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengesampingkan segala perbedaan. Hal ini semata-mata untuk kepentingan persatuan nasional.
“Persatuan dan persaudaraan adalah modal dasar kita untuk mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkasnya. (ed.fw)