KH. Abdul Munim DZ Minta Mahasiswa PKU XVII Perkuat Aswaja dan NKRI

KH. Abdul Munim DZ Minta Mahasiswa PKU XVII Perkuat Aswaja dan NKRI

Sukaraja (5/8/2023) – Mantan Wasekjen PBNU KH. Abdul Munim DZ berpesan kepada mahasiswa/I Pendidikan Kader Ulama (PKU) angkatan XVII MUI Kabupaten Bogor untuk memperkuat Ahlussunnah Waljama’ah (Aswaja) dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal itu disampaikan Kyai Munim saat menjadi narasumber PKU XVII yang digelar di Wisma Dharmais Sukaraja, Sabtu (5/8).

Ia menjelaskan, Aswaja merupakan sebuah sistem yang lengkap dan jelas yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW sampai para Ulama. Salah satu ulama besar yang menjadi pelopor Aswaja di Indonesia, yaitu KH. Hasyim Asy’ari.

Kyai Mun’im mengatakan, Aswaja tidak hanya dipahami sebagai sebuah akidah, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bidang pendidikan, sosial, politik, ekonomi hingga epistemologi.

“Aswaja telah dirumuskan sampai sekarang berkembang menjadi suatu sistem yang utuh. Dalam bidang tauhid, fiqih, tasawuf, aswaja dipahami sebagai sistem keyakinan yang dirumuskan Ulama terdahulu. Aswaja juga membentuk sebuah sistem ilmu pengetahuan. Perbedaan antar aliran dalam Islam seperti dengan Khawarij, Syiah, dan lain-lain adalah perbedaan cara pandang atau cara berpikir. Tidak hanya itu, Aswaja juga dipahami sebagai sebuah ideologi gerakan.” ujar Kyai Mun’im.

Ia juga mengungkapkan bagaimana para Ulama Aswaja dahulu menegakkan NKRI. Ada satu doktrin dari Ulama Aswaja bernama Imam al Mawardi, yaitu: “politik suatu kelompok tergantung pada akidah yang diyakininya”.

”Maka, dalam dunia politik jangan sembarangan. Lihat dulu ideologi keyakinannya itu apa. Juga jangan sembarangan memilih partai politik yang belum kita tahu ideologinya apa. Jangan sampai terjadi, misalkan secara akidah kita mengikuti Aswaja tapi dalam hal politik ikut Syi’ah, Ikhwanul Muslimin, atau Khawarij,” terangnya.

Selain itu, dasar Ulama dahulu berpolitik membela NKRI memperjuangkan kemerdekaan, yakni berdasarkan pada pendapat Imam Ghozali: “Negara (kekuasaan) dan agama bersaudara seperti dua sisi mata uang, agama sebagai pondasi dan negara sebagai pelindung”.

“Artinya, bahwa agama tidak akan sempurna kalau tidak dilengkapi dengan negara (kekuasaan). Inilah yang menjadi pegangan para ulama ketika berjuang merebut kemerdekaan,” ungkap Kyai Mun’im.

Saat kemerdekaan telah direbut, tujuan umat Islam harus berpolitik (bernegara), yaitu ternyata sejalan dengan misi Islam, sesuai dengan Maqashidus Syar’i (Tujuan Bersyariat) yang dirangkum dalam Kulliyatul Khams, yaitu: Hifzud Din (menjaga agama), Hifzun Nafs (menjaga nyawa), Hifzul Maal (menjaga harta), Hifzul ‘Aql (menjaga akal), dan Hifzun Nasl (menjaga keturunan).

“Semua itu harus dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, disinilah pentingnya Ulama memperkuat Aswaja dan juga NKRI” Pungkasnya.