MUI-BOGOR.ORG – Melalui Musyawarah Kecamatan (Muscam) IV MUI Kecamatan Tenjo, KH. Encep Arsyudin resmi terpilih kembali sebagai Ketua untuk masa khidmah 2025–2030. Penetapan dilakukan melalui rapat tim formatur yang berlangsung di Aula SMA Hidayatul Ahkam, Desa Tenjo, Kamis (13/11/2025).
Kepada mui-bogor.org, Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Ikhwan tersebut menegaskan komitmennya untuk melanjutkan dan memperkuat program unggulan MUI Tenjo, yaitu kegiatan Ngaji Bulanan (Syahriyahan) yang rutin digelar. Program ini, menurutnya, bukan sekadar forum kajian keagamaan, tetapi juga wadah mempererat silaturahmi antara ulama, umara, dan masyarakat.

Selain memperkuat program internal, MUI Tenjo juga berperan penting sebagai mediator sosial dalam penyelesaian isu-isu sensitif keagamaan di wilayahnya. KH. Encep mencontohkan penanganan kasus penggunaan tempat ibadah tanpa izin yang sempat memicu ketegangan di masyarakat.
“Kasus penggunaan tempat ibadah oleh orang Kristen tanpa izin sempat menimbulkan keresahan. Alhamdulillah, dengan komunikasi dan musyawarah yang baik, persoalan ini dapat diselesaikan secara damai tanpa menimbulkan gejolak,” ujar KH. Encep
MUI Tenjo, lanjutnya, memilih langkah dialogis dan persuasif ketimbang konfrontatif. Ia menegaskan pentingnya mengedepankan musyawarah dan menjaga kerukunan umat di tengah masyarakat yang majemuk. “Kami tidak ingin ada aksi demonstrasi atau tindakan emosional yang justru memperkeruh keadaan,” tambahnya.

Penyelesaian damai tersebut menjadi bukti peran strategis MUI Tenjo dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial-keagamaan. “Kami berkomitmen menjadikan Tenjo sebagai wilayah yang toleran, aman, dan sejuk dalam kehidupan beragama,” tegasnya.
Sementara itu, Camat Tenjo, Yudhi Utomo, S.IP., M.Si., dalam sambutan pembukaan Muscam menyoroti tantangan besar yang dihadapi wilayah Tenjo akibat arus urbanisasi yang masif.
Menurutnya, dengan hadirnya 12 perumahan yang sudah terbangun dan 33 lainnya masih dalam tahap perencanaan, komposisi demografis masyarakat Tenjo akan berubah signifikan.

“Penduduk asli Tenjo sekitar 23 ribu jiwa, sedangkan warga baru dari perumahan bisa mencapai 11 ribu lebih. Ini berarti hampir setengahnya dari jumlah warga asli. Kita harus siap menghadapi perubahan ini. Jangan sampai masyarakat Tenjo hanya menjadi objek pembangunan, tapi harus mampu menjadi pelaku utama,” ujarnya.
Camat Yudhi juga menekankan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menerima pendatang dengan latar belakang dan keyakinan yang beragam.
“Mereka bukan orang miskin atau tidak berpendidikan, justru banyak yang mapan dan berpendidikan tinggi. Ini menjadi tantangan bagi kita untuk menjaga harmoni sosial dan keagamaan,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua MUI Kabupaten Bogor, KH. Sirojudin, mengingatkan potensi munculnya aliran-aliran menyimpang akibat urbanisasi yang cepat. Karena itu, ia mendorong agar pengajian bulanan (syahriyahan) terus dilaksanakan secara konsisten oleh pengurus MUI Tenjo.
“Jangan sampai pengajian bulanan terhenti. Di sanalah para ulama, umara, dan masyarakat berkumpul, saling berbagi informasi dan aspirasi hingga ke tingkat desa. Keberkahan dan hikmahnya luar biasa. Itu yang menjaga kondusifitas wilayah kita,” pesannya.
Editor: Faisal Wibowo






