Mahasiswa PKU 18 Diminta Jadi Aktor Perubahan yang Berkesadaran

Mahasiswa PKU 18 Diminta Jadi Aktor Perubahan yang Berkesadaran

MUI-BOGOR.ORG, Sukaraja – Pendidikan Kader Ulama (PKU) bukan hanya berusaha mencetak para ulama di masa depan, namun juga melahirkan para aktor perubahan yang berkesadaran. Masalah bangsa ini begitu pelik, mulai dari pendidikan, sosial, ekonomi, politik hingga budaya. Salah satu masalah serius yang sedang dihadapi bangsa ini ialah mental inlander peninggalan kolonialisme yang belum diselesaikan secara serius oleh negara.

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum MUI Kabupaten Bogor H. Irfan Awaludin, M.Si., dalam perkuliahan Pendidikan Kader Ulama (PKU) angkatan ke 18 di Wisma Dharmais, Sukaraja, Sabtu (10/8/2024).

Menurut pria yang akrab disapa Gus Irfan tersebut menjelaskan, mental inlander jika dilihat dalam skala kesadaran (map of counsciusness), berada di level 20 terendah, ciri-cirinya malu (shame) atau rendah diri, melihat bangsa lain lebih hebat, emosinya merasa terhina, pandangan hidupnya menderita, proses hidupnya selalu menolak untuk maju.

Suasana Perkuliahan PKU angkatan XVIII

Oleh karena itu, Ia mengajak agar mahasiswa PKU 18 mampu menaikkan level kesadarannya. Karena jika ingin menjadi aktor perubahan dan membawa kemajuan bagi bangsa dan negara, dimulai dari meningkatkan level kesadarannya.

“Level kesadarannya harus naik mulai di level 200 (courage) artinya memiliki keberanian, emosinya positif, berprasangka baik, pandangan hidupnya optimis, mampu memanfaatkan segala potensi diri, dan meningkatkan produktifitas untuk maju,” jelas Gus Irfan.

Ia melanjutkan, jika sudah konsisten di level 200 (courage), maka naikkan lagi level kesadarannya menjadi 250 (Netral), 310 (Willingness), hingga love di level 500, dan seterusnya. Ia menjelaskan, bahwa level kesadaran manusia ini berkorelasi dengan kehidupan sosial.

Level Kesadaran Manusia (Map of Consciousness) “Power vs Force” David Hawkins

“Manusia yang skala kesadarannya masih di level 175 ke bawah, seperti pride merasa bangga/sombong (175), anger marah (150), desire hasrat atau bernafsu (125), fear penakut (100), grief merasa berduka (75), apathy apatis (50), dan guilt merasa bersalah (30), bisa dipastikan tidak akan mampu menjadi aktor perubahan, yang ada justru menjadi sumber masalah dan beban negara”, tegas alumni PKU angkatan ketiga tersebut.

Lebih jauh ia membeberkan, energi kesadaran di skala 175 ke bawah berpengaruh terhadap kehidupan pribadi dan sosial, menyangkut kesehatan, kekayaan, kemasyhuran, dan kebahagiaan.

“Energi 175 ke bawah itu disebut energi force (kekuatan negatif/rendah) yang akan menyebabkan counter force (dampaknya), seperti masalah kesehatan (rentan sakit), dari sisi materi/keuangan tidak pernah merasa cukup, hidupnya selalu gelisah, hatinya tidak pernah tenang, batinnya hampa, ruhnya tidak hidup”, bebernya. (fw)