Peran AI dalam Pengembangan Dakwah dan Ilmu Keislaman

Peran AI dalam Pengembangan Dakwah dan Ilmu Keislaman Gambar Ilustrasi

MUI-BOGOR.ORGArtificial Intelligence (AI) telah berevolusi dari sekadar konsep fiksi ilmiah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian, termasuk dalam dunia akademik dan keagamaan. AI bukan lagi ancaman, melainkan mitra yang dapat mempercepat proses belajar dan penelitian.

Pernyataan itu disampaikan oleh Pakar Teknologi Informasi dan Pendidikan, Mujaddid Al Magribi, pada perkuliahan Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI Kabupaten Bogor Angkatan XIX yang diselenggarakan di Aula Balai Diklat Dharmais, Kecamatan Sukaraja, Sabtu malam (20/9/2025).

Mujaddid menjelaskan secara rinci bagaimana AI bisa menjadi mitra pendamping para kader ulama. Salah satunya, AI dapat mengoptimalkan pembelajaran dengan menganalisis gaya belajar dan pemahaman setiap peserta. Dengan data tersebut, AI bisa menyajikan materi yang lebih relevan dan personal, membantu mereka memahami konsep keagamaan yang kompleks dengan cara yang lebih efektif.

Pakar Teknologi Informasi dan Pendidikan, Mujaddid Al Magribi saat foto bersama Peserta PKU angkatan XIX. Foto: Istimewa

Ia mencontohkan penggunaan AI chatbot sebagai asisten akademik cerdas. “Para kader ulama bisa bertanya tentang tafsir, hadis, atau fikih, dan AI dapat memberikan referensi cepat dari jutaan data yang telah diinput,” jelasnya.

Tak hanya itu, AI juga bisa menjadi akselerator penelitian keagamaan. “Seorang ulama bisa menggunakan AI untuk mencari hubungan antara berbagai hadis, menganalisis struktur narasi Al-Qur’an, atau bahkan melacak perkembangan suatu mazhab fikih dengan lebih cepat,” tutur Mujaddid.

Lebih jauh, Mujaddid Al Magribi juga menyoroti peran AI dalam konteks dakwah. Ia menyebut platform digital seperti YouTube sebagai medan dakwah yang sangat penting. Para ulama dapat menggunakan AI generatif, seperti Gemini, untuk merancang skrip video dakwah yang menarik, membuat ringkasan materi, atau bahkan menghasilkan ide-ide konten baru yang relevan dengan tren yang berkembang.

Menurutnya, hal ini memungkinkan pesan-pesan keagamaan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. “AI dapat membantu merumuskan draf khutbah atau ceramah yang relevan dengan isu-isu terkini, sambil tetap merujuk pada dalil-dalil syar’i yang akurat,” tambahnya.

Tak ketinggalan, AI bisa menjadi alat untuk menganalisis masalah umat. Dengan AI, seorang ulama dapat mengumpulkan dan menganalisis data sosial untuk memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat, yang mana informasi ini sangat berguna untuk merumuskan solusi dan program dakwah yang tepat sasaran.

Di akhir pemaparannya, Mujaddid Al Magribi menekankan bahwa penggunaan AI harus diiringi dengan etika yang kuat. “AI hanyalah alat. Jangan sampai AI menggantikan peran ulama, tetapi justru menjadi wasilah untuk menguatkan peran ulama di tengah masyarakat. Kebijaksanaan dan akhlakul karimah seorang ulama tetap menjadi pondasi utama.” pungkasnya.

Penulis: Wawan Setiawan
Editor: Faisal