Peran Ulama dan Sanad Keilmuan Tak Bisa Digantikan oleh Kecerdasan Buatan

Peran Ulama dan Sanad Keilmuan Tak Bisa Digantikan oleh Kecerdasan Buatan Gambar Ilustrasi

MUI-BOGOR.ORG – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH. Cholil Nafis menegaskan bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) tidak bisa menggantikan peran ulama dan sanad keilmuan dalam membimbing umat.

Ia mengatakan bahwa MUI akan berperan aktif dalam memberikan arah dan pencerahan terkait perkembangan teknologi AI yang semakin pesat.

“Kita menjadikan AI bukan sebagai guru dan penuntun, tetapi sekadar informasi. Kita tidak mungkin melawan takdir AI, tapi bisa mengarahkannya ke hal yang lebih baik. Maka MUI akan berperan untuk hadir memberikan pencerahan dan arahan, bagaimana memfilter pemikiran-pemikiran untuk yang baik dan memberikan arah kepada orang-orang yang sekadar mengakses AI,” ujarnya di Jakarta, sebagaimana dikutip NU Online, Selasa (4/11/2025)

KH. M. Cholil Nafis, Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah
KH. M. Cholil Nafis, Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah. Foto: Istimewa

Kiai Cholil Nafis menyampaikan bahwa ke depan teknologi AI akan semakin masif digunakan dalam berbagai bidang, termasuk dakwah, sosialisasi fatwa, dan kebijakan keagamaan.

Menurutnya, kehadiran tokoh agama dan bimbingan ulama harus tetap menjadi pedoman utama umat agar tidak tersesat oleh informasi yang bersumber dari algoritma.

Senada, Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI Masduki Baidlowi menyampaikan bahwa agama tidak bisa diwakilkan kepada algoritma.

KH. Masduki Baidlowi, Ketua MUI Pusat Bidang Infokom. Foto: Istimewa
KH. Masduki Baidlowi, Ketua MUI Pusat Bidang Infokom. Foto: Istimewa

“Agama itu tidak ada dalam algoritma. Algoritma hanyalah alat yang mengolah kata. Agama itu tetap ada dalam sanad keilmuan dan pada ulama sebagai pewaris para nabi. Jadi AI bukan guru, melainkan pendamping bagi mereka yang mau belajar agama,” tegasnya.

Masduki mengingatkan bahaya belajar agama tanpa pendampingan ulama karena dapat menimbulkan perpecahan, seperti yang terjadi di beberapa negara.

“Masa depan agama harus tetap ada pada ulama, ustadz, dan sanad-sanad keilmuan. AI dan teknologi digital hanyalah penguat, bukan pengganti,” ujarnya.

Pengolahan sampah

Selain soal teknologi AI, MUI juga menyoroti pentingnya pengelolaan sampah sebagai wujud tanggung jawab sosial dan religius umat Islam.

Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Ni’am Sholeh menyampaikan bahwa pengelolaan sampah menjadi salah satu tema penting dalam agenda Musyawarah Nasionasl (Munas) MUI 2025 karena berhubungan dengan kesadaran keagamaan dan lingkungan.

Prof. Dr. KH. Asrorun Niam Sholeh
Ketua MUI Pusat Bidang Fatwa, Prof. Dr. KH. Asrorun Niam Sholeh. Foto: Istimewa

“Salah satu tema yang akan dibahas adalah soal pengelolaan sampah. Ini wujud kontribusi keagamaan di dalam memecahkan permasalahan sosial yang sudah sedemikian panjang,” ujarnya.

Ni’am menyampaikan bahwa terdapat upaya memodernisasi pengelolaan sampah dan mengubahnya menjadi tenaga listrik perlu mendapat dukungan etos keagamaan.

“Ini harus didukung dengan etos keagamaan yang bisa menjadi faktor pengubah perilaku masyarakat dan pelaku usaha, serta ditindaklanjuti dalam kebijakan publik,” katanya.

Ia menyampaikan bahwa masyarakat perlu menumbuhkan perilaku religius tidak hanya dalam konteks vertikal kepada Allah, tetapi juga dalam konteks sosial.

“Jangan sampai religius dalam ibadah, tetapi tidak religius dalam urusan sosial. Seorang yang taat beragama juga harus aktif memilah dan mengolah sampah, tidak membuangnya sembarangan, dan memanfaatkannya untuk hal produktif,” katanya.

Editor: Aru Lego Triono
Kontributor: Rikhul Jannah

Sumber: NU Online