Oleh: Dr. M. Taufik Hidayatullah, M.Si (Sekretaris Komisi Litbang MUI Kabupaten Bogor)
Indonesia, demikian mempesona dengan keindahan dan keragaman biodiversitas alamnya. Dalam setiap jengkal alamnya terdapat keajaiban yang tak terelakkan, mulai dari pegunungan menjulang tinggi hingga pantai-pantai berkilauan.
Bukan hanya itu, biodiversitas yang melimpah dan flora-fauna yang beragam menjadikan Indonesia sebagai surga kehidupan luar biasa. Pesona ini masih terus menyapa siapa pun yang datang, membuat ukiran cerita tak terlupakan di hati mereka sejak dahulu kala.
Seperti halnya pada zaman kuno, Negeri Mesir sudah mengenal nusantara sebagai penghasil barus untuk keperluan mumifikasi. Selanjutnya Bangsa Cina dan India mengenal rempah berkualitas untuk ditukar dengan sutra, porselen dan herba.
Menyusul Bangsa Eropa mengenal nusantara sebagai penghasil lada, cengkih, pala dan kayu manis yang bernilai tinggi. Tak hanya itu, ternyata negeri kita dikenal juga dengan pohon gaharunya.
Sebagai pohonnya para sultan (baca: kalangan berpunya) tentu saja gaharu (Nama Ilmiah: Aquilaria Malaccensis) memiliki harga yang sangat mahal. Ia merupakan salah satu pohon yang menghasilkan produk getah yang bermutu tinggi yang ia persembahkan untuk alam.
Pada perdagangan dunia, pohon gaharu ini dikenal dengan nama agar wood, aloe wood atau eagel wood. Di negara kita sendiri, pohon gaharu ini dijuluki sebagai “Emas Hijau Nusantara”, karena menjadi salah satu tanaman nusantara yang memiliki potensi ekonomi melebihi emas.
Untuk alasan nilai ekonomis ini, tidak mengherankan bila dahulu, pohon gaharu adalah komoditas andalan Kerajaan Sriwijaya untuk menggenjot penerimaan kerajaan. Belakangan Kerajaan Pajajaran saat dipimpin oleh Sri Baduga Maha Raja (Prabu Siliwangi) untuk alasan yang sama ditambah dengan alasan nilai spiritual, karena digunakan sebagai elemen penting pada upacara keagamaan, juga telah berusaha membudidayakan pohon jenis ini dengan membuat hutan samidha (tertulis dalam Prasasti Batu Tulis).
Dalam agama Islam, pohon gaharu juga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Aroma khas yang dihasilkannya dapat membantu menciptakan atmosfer kekhusyukan spiritual dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sejarah Islam mencatat, penggunaan gaharu telah dilakukan dalam upacara keagamaan, seperti salat, dzikir, dan ibadah lainnya.
Di zaman modern, riset terhadap getah telah banyak dilakukan dan membuka mata akan banyaknya manfaat yang tersedia. Mereka kemudian mengolah getah pohon ini untuk dibuat menjadi parfum, kosmetik, obat-obatan maupun produk berguna lainnya.
Bahkan temuan para ahli menyebutkan karakteristik istimewa gaharu disebut-sebut sebagai salah satu tanaman yang berharga di bumi karena sifat obatnya yang luas. Dalam hal ini dapat dikatakan, di samping pohon gaharu memiliki keuntungan praktis sebagai penyedia oksigen, pohon gaharu juga ternyata memberikan sumbangsih manfaat pada manusia.
Dengan segala manfaatnya yang beragam, mulai dari nilai spiritual hingga nilai ekonomi, pohon gaharu menggambarkan kemurahan dan kebaikan Allah SWT kepada umat manusia. Keberadaannya yang unik dan berharga memastikan bahwa pohon gaharu dihargai dan dimanfaatkan dengan penuh syukur.
Alangkah bangganya kita hidup di nusantara tercinta ini, di mana keindahan alam dan berkah pohon gaharu menyatu dengan keragaman agama dan anugerah alam yang luar biasa. Dalam Islam, kita diajarkan untuk menghormati, menjaga, dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya. Dengan melakukan hal tersebut, kita tidak hanya menjaga warisan alam yang berharga, tetapi juga memperoleh manfaat spiritual dan materi dari anugerah yang telah diberikan kepada kita. (ed.fw)
Wallahu a’lam bi as-shawab.