MEGAMENDUNG – Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor H. Irfan Awaludin mengajak para Penyuluh Agama Islam se Kabupaten Bogor untuk bersama-sama mencegah aliran sesat dan menyimpang.
Menurut Gus Irfan sapaan akrabnya, munculnya aliran sesat itu dilatarbelakangi oleh beragam motif baik ekonomi, sosial, politik dan minimnya ilmu agama.
“Latar belakang munculnya aliran menyimpang itu beragam; ada yang bermotivasi politik agar negeri ini selalu gaduh, ada yang bermotif ekonomi sehingga banyak pengikutnya dan ada yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial”, Serunya saat menjadi Narasumber kegiatan Pencegahan Bahaya Aliran Sesat di Wilayah Kabupaten Bogor di Hotel Accram Megamendung, Kamis (20/07/23).
Gus Irfan mengajak Penyuluh Agama Islam (PAI) agar mencegah aliran sesat dengan cara menyebarkan paham ASWAJA (Ahli Sunah Wal Jamaah) kepada masyarakat.
“Saya mengajak Penyuluh agar berperan aktif dalam mencegah aliran sesat di tengah masyarakat dengan cara menyebarkan paham ASWAJA (Ahli Sunah Wal Jamaah)”, tukasnya.
Lebih jauh Gus Irfan juga menjelaskan bahwa MUI memiliki badan otonom khusus yang fokus menangani aliran sesat yaitu Lembaga Investigasi Bahaya Aliran Sesat (LIBAS). “MUI Kabupaten Bogor punya Standard Operating Procedure (SOP) khusus dalam menangani aliran sesat,” ungkapnya.
Selain itu, Ia juga meminta kepada para Penyuluh agar senantiasa mendoakan para guru dan para Kyai khususnya di wilayah Bogor, sebab para ulama punya peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia.
“KH. Abbas Buntet memiliki peran besar dalam peristiwa pertempuran Surabaya 1945. Tidak terjadi perang di Surabaya kalau Kyai Abbas tidak datang karena KH. Hasyim Asyari tidak mengijinkan perang sebelum ada Kyai Abbas” Ujar Gus Irfan, sapaan akrabnya.
Acara dihadiri oleh sejumlah Penyuluh Agama Islam bidang Radikalisme dan Aliran Sempalan dari berbagai wilayah di Kabupaten Bogor. Hadir juga narasumber dari Kamenterian Agama Kabupaten Bogor, Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor dan Bakesbangpol Provinsi Jawa Barat.
Sebelumnya:
Kisah sebuah Mimbar dan Semangat Hijrah