MUI Bogor Gelar Konsinyering Bahas Kurikulum PKU

MUI Bogor Gelar Konsinyering Bahas Kurikulum PKU Rapat Konsinyering Kurikulum PKU 2025

MUI-BOGOR.ORG — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor menggelar rapat konsinyering pembahasan kurikulum Pendidikan Kader Ulama (PKU) Tahun 2025 pada Kamis, 22 Mei 2025, di Gedung Utama MUI Kabupaten Bogor.

Pertemuan strategis ini dihadiri oleh unsur Pengurus Harian dan para alumni PKU lintas angkatan. Rapat berlangsung dari pukul 14.30 hingga 17.00 WIB dan menghasilkan sejumlah gagasan strategis untuk menata ulang arah kaderisasi ulama di Kabupaten Bogor.

Sekretaris Umum MUI Kabupaten Bogor, H. Irfan Awaludin, M.Si., dalam pengantar pembukaannya menegaskan bahwa PKU harus menjadi “trigger” kebangkitan intelektual Islam. “Kita perlu berpikir ulang bagaimana kurikulum PKU disusun secara matang, dengan Tritangtu PKU Kesadaran–Ilmu Pengetahuan–Tindakan sebagai napasnya,” ungkapnya.

Dalam upaya perbaikan struktural, ia juga menyampaikan rencana pembentukan dua lembaga baru: Lembaga Kaderisasi Ulama yang khusus menangani PKU, dan LPKPU yang akan mengelola dan mengonsolidasikan potensi alumni PKU.

Menurutnya, saat ini budaya akademik mengalami kemerosotan serius. “Jika indikatornya adalah literasi, barangkali hanya lima persen alumni PKU yang gemar membaca. Kita perlu menghidupkan kembali gerakan intelektual,” tegas Gus Irfan. Ia juga menyinggung kondisi pesantren yang makin terancam akibat framing media, serta pentingnya PKU menjadi benteng terakhir kewarasan intelektual umat.

Sementara itu, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri, Dr. KH. Agus Mulyana, MA., menambahkan bahwa PKU harus mampu menjadi sumber orisinalitas dalam membaca isu-isu global.

“Kita harus memahami arus isu dunia, bukan berdasarkan informasi mentah dari media sosial. PKU harus hadir sebagai penjaga akal sehat umat,” ujarnya. Ia mengusulkan agar standar seleksi PKU diperketat agar hanya mereka yang siap secara keilmuan dan mental yang diterima.

Senada dengan itu, KH. Ahmad Ibnu Athoillah mengingatkan pentingnya dimensi spiritual (malakut) dalam kurikulum.

“Manusia tidak hanya terdiri dari tubuh fisik, tetapi juga ruhaniyah yang harus diberi porsi dalam pendidikan ulama. Kurikulum tidak boleh semata akademik, tetapi juga membentuk jiwa spiritual yang dalam.”

Ketua LPKPU MUI Kabupaten Bogor, Ahmad Zulfiqor, MA., menyampaikan sepuluh komponen penting yang akan dirumuskan dalam waktu satu bulan: mulai dari landasan filosofis, struktur kurikulum, metode pengajaran, hingga kemitraan strategis dan monitoring implementasi.

“Ini baru pertemuan awal, insya Allah kita ada pertemuan lanjutan untuk membahas hal-hal yang lebih spesifik,” ujar Kang Fiqor.

Gagasan dan Masukan dari Para Alumni PKU

Para alumni PKU lintas angkatan hadir dengan gagasan-gagasan kritis dan solutif. Dr. Bay Amri Hakim, M.Ed., menyoroti pentingnya membangun algoritma ke-PKU-an, serta memperluas kerja sama strategis dengan kampus-kampus ternama.

Dr. Hj. Lilis Fauziah Balqis menyayangkan metode pembelajaran di PKU masih teacher – centered, sehingga ia menekankan perlunya pendekatan student-centered learning melalui brainstorming, diskusi kelompok, menulis, dan presentasi.

Asep Pajarudin, M.Ag., menggarisbawahi perlunya pemetaan persoalan lokal di Kabupaten Bogor sebagai basis penyusunan kurikulum. Ia mengusulkan agar paradigma keislaman, kebogoran, dan keindonesiaan tetap menjadi fondasi utama PKU. Egi Sukendar, M.E.I, menambahkan urgensi road map alumni serta pentingnya penyelenggaraan Program Dasar Ulama (PDU) sebagai pra-PKU.

Arsyi Haikal mengusulkan penguatan materi Artificial Intelligence dan digitalisasi, sementara M. Nora Burhanudin, Lc., menekankan perlunya penekanan life skill dalam PKU, seperti public speaking. Khoirul Ibad, Lc., menyoroti pentingnya kejelasan outcome dan profil lulusan, termasuk opsi perpanjangan durasi PKU menjadi empat tahun disertai beasiswa.

Dr. Subur Wijaya menekankan pembenahan manajemen dan kesiapan menghadapi generasi Z. Dr. Arizky Ihsan Pratama mendorong PKU untuk berani go international. Sementara itu, Dr. Ait Rukiyat mendorong lahirnya banyak “wadah lanjutan” alumni PKU, termasuk mendirikan kampus sendiri atau lembaga konsultan pendidikan. (fw)