MUI-BOGOR.ORG, DRAMAGA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor kembali menggelar pembinaan organisasi, kali ini dilakukan bagi pengurus MUI Kecamatan dan Desa se Kecamatan Dramaga, bertempat di aula kantor Kecamatan Dramaga, Kamis (30/5).
Ketua MUI Kabupaten Bogor KH. Ahmad Ibnu Athoillah mengingatkan tentang peran ulama sebagai shodiqul hukumah, dan khodimul ummah. Ia juga menyampaikan tiga hal yang harus dimiliki seorang ulama.
“Memelihara tradisi keilmuan dengan terus memperdalam dan mengkajinya, kemudian mampu bersinergi dengan umaro dalam menegakkan kepemimpinan yang adil, dan mampu mengembangkan potensi ekonomi”, kata Kiai Atho.
Sementara itu, Sekum MUI Kabupaten Bogor H. Irfan Awaludin, M.Si., mengingatkan tentang tugas dan fungsi ulama yang diwarisi oleh nabi berdasarkan surat al Ahzab ayat 45-46. Ia menambahkan, di tengah kehidupan yang masalahnya semakin kompleks ini, sebagai khodimul ummah penting untuk memahami level kesadaran manusia.
“Jika kita ingin merubah lingkungan kita menjadi lebih baik, maka level kesadaran kita harus ditingkatkan, karena level kesadaran berkorelasi dengan problem sosial”, ujarnya.
Lebih jauh Gus Irfan menjabarkan konsep skala kesadaran David Hawkins, yang dimulai dari level terendah 200 hingga tertinggi 1.000. Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran seseorang berdasarkan pengukuran energi dan frekuensi yang terlibat dalam pemikiran dan emosi.
Ia membeberkan, skala kesadaran terendah seseorang yaitu Shame atau rendah diri (level 20) atau mental Inlander. Pada skala ini seseorang akan merasa terhina, pandangan hidupnya menderita, dan proses hidupnya selalu menolak untuk maju.
Selain shame, ada guilt (merasa bersalah), apathy (apatis), grief (kesedihan), fear (takut), desire (keinginan), anger (marah), dan pride (bangga). Pada tingkatan level 20 – 175 ini, menunjukkan kekuatan energi negatif (force).
Gus Irfan juga menjelaskan kekuatan energi positif (power), di mana skala kesadarannya mulai dari Courage artinya berani (level 200) hingga 700 sampai 1.000 (enlighment) alias pencerahan. Skala 200 merupakan titik balik perubahan seseorang menuju lebih baik.
Alumni IPB University ini menceritakan, bahwa pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, dengan segudang masalah yang jauh lebih kompleks dari hari ini, level kesadaran para ulama, founding fathers, dan bangsa Indonesia saat itu di atas 250. Sementara hari ini, dengan beragam masalah yang begitu pelik, level kesadaran bangsa kita di bawah 200.
Sehingga, lanjut Gus Irfan, tidak heran mengapa hari ini masalah seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas semakin parah. Oleh karena itu, ia mengajak kepada para ulama untuk menaikkan level kesadarannya di atas 250.
“Mengapa hari ini tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas tinggi? Karena level kesadaran kita masih di bawah 200. Semakin tinggi level kesadaran kita, maka tingkat kebahagiaan akan meningkat, dan masalah seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, dan masalah lainnya akan berkurang”, bebernya. (fw)