MUI-BOGOR.ORG – Dalam tradisi islam klasik, banyak sekali buku atau kitab yang melegenda setelah penulisnya tiada. Diantaranya adalah kitab Fathul Mu’in, kitab Fikih madzhab Syafi’i yang ditulis oleh Syeikh Ahmad Zainudin bin Muhammad Al Ghozali bin Zainudin Al Malibari pada abad 16 Masehi.
Dalam cetakan yang beredar di Indonesia, nama penulis lebih dikenal dengan nama Syeikh Zainudin bin Abdul Aziz bin Zainuddin Al Malibari. Menurut Syaikh Dr. Labib Najih, salah seorang pakar fikih Syafi’i Yaman, nama asli penulis yang tepat adalah Ahmad Zainudin bin Muhammad Al Ghazali bin Zainuddin Al Malibari.
Koreksi nama ini dinukil dalam kitab lain karangan penulis yang sama, yaitu Kitab Al Ajwibah Al ‘Asilah Al Ghoribah. Dalam kitab tersebut beliau menyebutkan dengan lengkap namanya sendiri. Informasi tentang biografi Syeikh Ahmad Zainudin bisa ditelusuri dalam kitab Fii Tarajim Fuqoha As Syafi’iah Al Malibari Karya Dr. Abdunnasir Malibar.
Penulis kitab ini berasal dari wilayah Ponnani, Malabar, yang kini masuk wilayah Kabupaten Malappuram, negara bagian Kerala, India bagian Selatan. Leluhurnya berasal dari Ma’bar, Yaman. Sehingga tak heran banyak yang menyematkan nama beliau dengan Al Ma’bari.
Karya beliau yang berjudul Fathul Mu’in itu adalah legenda dalam kajian fikih syafi’i khususnya di kalangan santri pesantren Salafiyah di Indonesia. Kitab tersebut populer juga di Malaysia, Singapura, Brunei, Mesir, Yaman dan tentu saja India tempat asal penulis meskipun mayoritas wilayah didominasi Mazhab Hanafi. Sampai sekarang, kitab ini masih diajarkan di pelbagai madrasah dan lembaga yang mengikuti Mazhab Syafi’i utamanya di Kerala dan wilayah-wilayah lain seperti Gujarat.
Ulama dunia pun mengakui kualitas kitab tersebut meski ditulis oleh penulis non Arab dan ditulis di India. Karena itu Fathul Muin dijadikan kitab standar untuk studi lanjutan bagi pemula sebelum mempelajari kitab-kitab induk yang super tebal.
Kitab ini isinya lumayan lengkap dan sistematikanya paling berbeda dengan kitab fikih sebelumnya. Bahasanya pun cukup sulit difahami terutama bagi pemula. Maklum yang menulis adalah orang India, non Arab. Sering kali para kyai menyebutkan, jika seorang santri telah menguasai kitab Fathul Mu’in maka dia akan mudah menguasai kitab lainnya sehingga dia layak menjadi seorang kyai.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan kitab tersebut, ada satu hal kenapa kitab tersebut bisa tersebar luas dan melegenda hingga saat ini. Bisa jadi ini adalah buah dari doa penulis yang ia tuliskan dalam kata pengantar. Syeikh berharap agar kitab yang ia tulis bisa menyebar kemanfaatannya sehingga para pelajar pemula maupun menengah bisa menggunakannya sebelum mempelajari kitab-kitab induk untuk mendalami ilmu fikih.
Beliau menulis :
” أنا أسأل الله العظيم الكريم ا لمنان ان يعم الانتفاع به “
Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Pemberi karunia agar tersebar kemanfaatan kitab ini.
Di akhir kitab pun penulis menyebutkan doa serupa agar kebermanfaatan kitab tersebut meluas. Tujuannya sungguh amat tinggi dan visioner yaitu agar penulis mendapatkan pahala tak terhingga sehingga bisa menjadi wasilah meraih surga-Nya Allah SWT.
Sungguh luar biasa kekuatan dua, terlebih duanya ulama sholih. Allah SWT kabulkan meski hal itu terwujud setelah ratusan tahun berlalu. Sungguh terasa dampak doa tersebut bagi kita semua selaku santri, ustad, kyai dan masyarakat umum sehingga kemanfaatan kitab tersebut kita rasakan hingga saat ini. Terus berdoa semoga Allah SWT kabulkan doa kita baik saat ini maupun kelak nanti meskipun kita telah tiada. (ed.fw)
