MUI-BOGOR.ORG – Abu Hurairah merupakan nama yang sangat populer di kalangan umat Islam. Ia telah menempati tempat yang istimewa di kalangan umat Islam sebagai seorang sahabat yang penuh dedikasi dalam memfasilitasi jalan hidup dari mereka yang mencari petunjuk kebijaksanaan. Ia merupakan sahabat yang menjadi saksi hidup Rasulullah SAW, dan mendapatkan mata air ajaran Islam langsung dari sumbernya.
Tidaklah mengherankan bila kemudian namanya terulang lebih dari 5.000 kali sebagai perawi hadis. Berdasarkan hal tersebut, ia didaulat sebagai sahabat yang terbanyak (baca: berperan) meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. Ia tercatat sebagai penjaga warisan ilmiah, penyimpan harta karun yang tak ternilai harganya berkat peranannya itu.
Nama aslinya adalah Abdurrahman (sebagai pengganti dari nama masa jahiliyah, Abdussyam) bin Shakhr ad Dawsi. Ia berasal dari suku Daus di daerah yang kini dikenal dengan nama Yaman. Nama aslinya jarang disebut, karena ia lebih masyhur dengan nama julukannya, yaitu Abu Hurairah atau Abu Hir (Bapak kucing) yang diberikan Rasulullah SAW. Julukan itu diberikan karena sifat sayang Abu Hurairah terhadap kucing.
Kehebatan dari banyaknya periwayatan hadis tersebut tidak lepas dari kedekatannya dan kesungguhannya untuk menimba ilmu dari Rasulullah SAW. Dilalahnya, kedua hal ini bukan hal yang sulit bagi Abu Hurairah, karena ia merupakan salah seorang Ahlus Shuffah (penghuni serambi Masjid Nabawi yang memilih hidup zuhud beribadah dan mendalami ilmu agama).
Selain itu, terdapat banyak faktor lain, di antaranya faktor determinan (menentukan) berupa do’a dari Rasulullah SAW. Sebagaimana bunyi hadis: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendengarkan hadis yang banyak darimu, namun aku melupakannya. Maka Rasulullah berkata: hamparkanlah selendangmu, hingga akhirnya aku hamparkan selendangku. Berikutnya Rasulullah mengambilnya dengan tangannya, kemudian beliau bersabda: peluklah selendangmu, maka akupun memeluknya, dan aku tidak lupa sedikitpun setelah itu.” (HR. Bukhari). Dengan faktor terakhir inilah kekuatan hafalan Abu Hurairah meningkat berkali lipat.
Namun demikian, ada hal mengejutkan lain, kali ini terkait dengan pemberian julukan Rasulullah SAW terhadap Abu Hurairah. Hal itu disebabkan julukan tersebut bukanlah sembarangan julukan, karena mengandung makna yang dalam. Nyatanya, kucing menurut penelitian terbaru di paruh awal abad 21 ini (dari 35 tahun terakhir) baru terungkap bahwa hewan ini memiliki ingatan episodik, yaitu ingatan jangka panjang yang kuat terhadap hal yang unik.
Hal itu terungkap melalui penemuan tim peneliti dari Universitas Kyoto dan Universitas Azabu, Jepang, pimpinan Saho Takagi pada tahun 2017 melalui publikasi artikel mereka pada Behavioural Processes Journal dan tahun 2022 melalui artikel yang diterbitkan Scientifik Report Journal.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan hubungan erat antara tiga variabel, yaitu: do’a Rasulullah SAW, pemberian julukan (Abu Hurairah atau Abu Hir) dan kekuatan ingatan. Pemberian julukan itu tentu bukanlah suatu kebetulan belaka, apalagi ditambah dengan do’a Rasulullah SAW, menjadikan ingatan Abu Hurairah yang kuat (berkat ingatan episodiknya) merupakan mukjizat kenabian dan karunia Allah SWT yang tak terhingga sehingga dapat dirasakan manfaat lebihnya pada umat sepeninggalnya.
Keistimewaan Abu Hurairah itu, menjadi bukti nyata daya magis do’a Rasulullah SAW yang untuk kesekian kalinya terbukti dan teruji, utamanya dalam memperkokoh ingatan Abu Hurairah hingga memiliki ingatan episodik. (*)
Wallahu a’lam bi as-shawab