Cita-Cita yang Aneh

Cita-Cita yang Aneh

MUI-BOGOR.ORG – Pernahkah kita mendengarkan sebuah kisah yang mungkin terdengar sederhana, tetapi dibaliknya tersembunyi keajaiban yang tak terduga? Sehingga kitapun seolah dibawa mengembara ke dunia lain. Kisahnya laksana halaman-halaman tersembunyi dari buku kuno yang tersimpan lama, yang menanti untuk ditemukan oleh jiwa yang mencari mutiara hikmah. Bila belum pernah, tak ada salahnya bila meluangkan sedikit waktu untuk menyimaknya.

Kisah ini bermula dari cerita Syekh Abdullah Muhammad Abdul Mu’thi, beliau ini merupakan seorang pemerhati masalah pendidikan di Mesir. Apa yang diceritakannya memang tidak jauh-jauh dari bidang pendidikan. Ia bercerita tentang cita-cita seorang anak sekolah di suatu tempat pada belahan bumi Eropa.

Suatu hari, seorang guru SD bertanya tentang cita-cita para muridnya. Terungkaplah kemudian aneka cita-cita setiap murid di sana dalam cerita ceria depan kelas. Hingga akhirnya tibalah pertanyaan tersebut dari seorang guru kepada satu-satunya murid yang beragama Islam. Sang murid itu kemudian menyampaikan kepada guru bahwa dia bercita-cita menjadi “sahabat”.

Demi mendengar cita-cita yang tak lazim itu, sang gurupun bingung dibuatnya dan tidak mengerti apa yang dikatakan murid tersebut. Tak sampai lama, hingga sejurus kemudian sang guru pun lanjut bertanya: “Apakah sebenarnya makna sahabat itu? Apakah ia seperti seorang teman? Di mana ia bekerja?”, dan seterusnya. Sang muridpun selanjutnya berusaha menjelaskan maknanya dengan gaya cerita khas anak kecil nan polos, namun gurunya itupun menjadi semakin tidak faham lagi.

Akhirnya guru itu menelpon rumah sang murid untuk menyudahi teka-teki paling sulit selama ini. Ada sedikit kejelasan melalui penjelasan orang tua murid tersebut dari sebrang sambungan telpon, namun guru semakin penasaran dan meminta izin untuk melakukan kunjungan rumah keesokan harinya. Orang tua muridpun kemudian menerima kunjungan guru dari anaknya dan dengan bersemangat menjelaskan makna “sahabat”, sosoknya, sifatnya, bahkan kepahlawanannya, perjuangannya.

Demi untuk memperkuat penjelasannya, orang tua murid itu sampai menjelaskan sirah atau kisah Nabi SAW. Begitu mendengar penjelasan yang panjang lebar tersebut, spontan guru menjadi kagum dibuatnya dan secara tidak terduga, hal itu mendorong guru untuk mengucapkan syahadat. Masya Allah, akhir dari sebuah kìsah yang indah.

Mengapa seorang anak bercita-cita menjadi “sahabat”? Tentu sebuah cita-cita yang tidak biasa bukan? Apakah gerangan maksud disebalik pernyataan anak kecil yang diilhami oleh imajinasi tingkat tinggi tersebut? Bila dibandingkan dengan memiliki cita-cita yang biasa lainnya, ternyata bercita-cita menjadi sahabat tidaklah lebih mudah mewujudkannya, tidak semudah mengucapkannya. Karena sahabat merupakan sosok manusia pinilih pemilik kapabilitas dan integritas pribadi kuat yang sudah terbukti dan teruji dalam melewati kerasnya medan perjuangan. Apa sebenarnya keutamaan sahabat ini?.

Untuk menjawabnya, cukup kita dengarkan pendapat seorang Abdullah Ibnu Mas’ud : “Siapa saja yang mencari teladan, maka teladanilah para sahabat Nabi SAW. Merekalah orang yang paling baik hatinya, paling mendalam ilmu agamanya, umat yang paling sedikit dalam berlebihan-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik keadaannya di antara umat ini.

Allah SWT telah berkenan memilih mereka untuk mendampingi Nabi SAW dan menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, serta ikutilah jalan mereka, karena mereka ini berada pada jalan shiratal mustaqim.” Sungguh, sang anak dengan yakin telah berhasil memetik kesimpulan yang serupa berkat cerita sirah nabawiyah di setiap malam sebelum tidur oleh orang tuanya.

Allah SWT telah menjadikan keberkahan para sahabat. Keberkahan mana tidak saja diperoleh saat semasa hidupnya, bahkan setelah ketiadaannya sekalipun ternyata masih membawa berkah pada seorang anak sekolah yang menjadi wasilah (sebab) bagi masuk Islamnya sang guru. Dengan tanpa keraguan akhirnya kita memiliki cukup alasan untuk menjadikan sahabat sebagai motivasi dan inspirasi hidup bagi semua. Mereka tentunya adalah sebaik-baik teladan.

Itulah kisah sederhana yang menampilkan percikan harapan dan impian pada jiwa seorang murid kecil melalui cita-cita anehnya. Sebuah kisah yang mementaskan berjuta rasa yang menyelinap masuk ke dalam benak ilham seorang anak. Menjadi pendorong kita untuk berpikir ulang tentang apa yang menjadi tujuan utama selama ini, apakah cukup dengan menjalani keadaan atau melampaui kenyataan.

Wallahu a’lam bi as shawab

Penulis: Dr. M. Taufik Hidayatullah, M.Si (Sekretaris Komisi Litbang MUI Kabupaten Bogor/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)