MUI-BOGOR.ORG – Dalam semangat mencetak generasi muda yang tangguh, cerdas, dan berakhlak mulia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor melalui Lembaga Pengkajian Keagamaan dan Pemberdayaan Umat (LPKPU), menggelar rangkaian kegiatan dakwah edukatif bertajuk MUI Goes to School (MGTS), School Goes to MUI (SGTM), dan MUI Goes to Majelis Taklim (MGTM).
Kegiatan ini merupakan langkah nyata dari MUI Kabupaten Bogor dalam menyapa dan membimbing generasi muda serta masyarakat umum untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya paham menyimpang, kenakalan remaja, hingga problem sosial kontemporer seperti judi online, pinjaman online ilegal, prostitusi daring, hingga penyimpangan akidah. Semua dilakukan dalam bingkai peningkatan keimanan dan penguatan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja).

Rangkaian kegiatan MGTS dimulai di SMA IT Tenjolaya pada Rabu, 12 Maret 2025, dilanjutkan di SMA Statika Leuwiliang pada Kamis, 20 Maret 2025. Kemudian MGTM hadir di tengah masyarakat pada Majelis Taklim Nurul Huda, Cibinong, Selasa, 22 April 2025.
Dua hari berikutnya, giliran pelajar SMK Darul Muslim Citeureup yang berkunjung ke Gedung MUI Kabupaten Bogor dalam program SGTM pada Rabu, 23 April 2025. Di hari yang sama, MGTS juga berlangsung di SMK Ash-Shoheh, Citeureup. Lalu, pada Kamis, 24 April 2025, kegiatan SGTM kembali digelar dengan peserta dari SMK Budiniyah, Citeureup.

Seluruh kegiatan ini dilaksanakan oleh LPKPU yang diketuai oleh Ustadz Ahmad Zulfiqor, MA., dengan Sekretaris Ustadz Alfisa Triatmoko, M.Pd. Adapun para narasumber merupakan alumni Pendidikan Kader Ulama (PKU) dari masing-masing Koordinator Wilayah (Korwil), yang sudah dibekali wawasan keagamaan dan pemahaman yang mendalam.
Dalam kegiatan SGTM bersama SMK Darul Muslim, sebanyak 50 siswa hadir menyimak materi dari pengurus LPKPU, Faisal Wibowo, M.I.Kom., dan Andika Ramadhan, S.Pd. Faisal Wibowo dalam sesinya mengangkat pentingnya transformasi mental dari sikap rendah diri menuju keberanian.

“Mental inlander harus ditinggalkan. Jangan merasa kecil sebagai anak bangsa. Kita harus naik kelas dari energi shame yang hanya 20, menuju energi courage yang berada di angka 200. Di situlah titik kebangkitan dimulai,” serunya.
Faisal juga menyoroti bagaimana rendahnya kesadaran masyarakat menjadi ladang subur bagi berbagai penyakit sosial seperti tawuran, judi online, perundungan, narkoba, hingga kecanduan game online. Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya pembinaan kesadaran diri sebagai benteng pertahanan spiritual dan sosial generasi muda.

Sementara itu, Andika Ramadhan memaparkan tentang bahaya aliran-aliran menyimpang yang pernah mencuat di Kabupaten Bogor, seperti Al Qiyadah Al Islamiyah dan Ahmadiyah. “Banyak pemahaman sesat yang lahir dari penyimpangan akidah. Maka penting bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai Aswaja, serta menghiasi diri dengan akhlakul karimah,” tegasnya. (ed.fw)