Pisang, Sang Buah Surga

Pisang, Sang Buah Surga

MUI-BOGOR.ORG – Sejak zaman dahulu kala, manusia telah mengenal pisang sebagai tanaman serbaguna. Beranjak dari itu, manusia memanfaatkan pisang dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya sebagai buah yang lezat, pisang juga memiliki banyak hal unik selain mewakili simbolisme tertentu, menjadikannya sebagai salah satu tanaman paling menarik dalam sejarah manusia. Koeppel menyebut pisang sebagai salah satu organisme yang paling menarik di bumi untuk sejumlah alasan, di antaranya tanaman induk pisang bukanlah pohon melainkan tanaman herbal, dan buahnya sendiri adalah berry (National Geographic Indonesia. 2016).

Para ahli hortikultura percaya bahwa pisang adalah salah satu buah pertama di bumi. Tanaman ini telah dibudidayakan sejak 10.000 SM (Promusa. 2020, Eragreen. 2022), dan jejaknya ditemukan di berbagai peradaban kuno, termasuk dalam kitab suci Buddha dan teks Sansekerta. Studi Piper (1989) menyebutkan naskah pertama yang menyebutkan keberadaannya, tahun 500 sampai 600 SM, dapat ditemukan di dalam kitab suci agama Buddha. Dengan demikian, budidaya tanaman pisang ini bersamaan dengan berdirinya situs Jericho, Gobekli Tepe dan Gunung Padang. Merujuk dari petunjuk Al Qur’an yang menyebutkan Nabi Adam AS secara fisik sudah sempurna, sudah bisa berkomunikasi dan sudah mengenal pertanian dan peternakan, maka ketiga ciri ini merujuk pada periode akhir Mesolitikum dan awal Neolitikum sesuai temuan arkeologi yang berada pada rentang antara tahun 33.000 sampai 8.000 SM, alias maksimal 35 ribu tahun lalu (Akbar. 2024).

Perkiraan para ahli tentang pisang sebagai salah satu pohon pertama di bumi memberi kesan bahwa pisang telah ikut mengawal lestarinya peradaban dari awalnya. Catatan sejarah menyebutkan bahwa Alexander Agung terkesan dengan rasa eksotis dari buah kadali phalam (nama Sansekerta untuk pisang) dan membawa buah tersebut dari India ke Timur Tengah, di mana buah tersebut dinamai ulang sebagai banan (kata Arab untuk jari) oleh para pedagang Arab (BBC. 2020).

Pisang adalah salah satu jenis panganan yang bisa menjadi alternatif makanan pokok. Beberapa negara di Afrika seperti Uganda dan Rwanda, misalnya, makanan pokoknya pisang. Begitu juga negara-negara di Karibia seperti Grenada, Guatemala, dan Honduras, salah satu makanan pokoknya adalah pisang. Apakah pisang dapat menggantikan peran makanan pokok? Para peneliti dari kemitraan CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) menjawabnya dengan menyebutkan peran penting pisang untuk menjadi pengganti makanan pokok semakin besar seiring meningkatnya suhu (The Indian Express. 2012). Serupa, Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Prof. Sobir menyatakan buah pisang berpotensi menggantikan beras sebagai makanan pokok (Kompas. 2021).

Secara medis, pisang memang layak disebut sebagai buah kehidupan. Kandungan nutrisinya yang melimpah. Di dalamnya terkandung kalium, vitamin B6, vitamin C, dan antioksidan, membuat pisang sangat bermanfaat untuk kesehatan (Falcomer, et.all. 2019). Pisang dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kesehatan jantung, dan bahkan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Sementara akar dan bonggol pisang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit, mulai dari luka hingga penyakit kuning.

Tidak hanya berfungsi sebagai sumber pangan dan obat, pisang juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Di Indonesia, pohon pisang sering digunakan dalam berbagai ritual adat sebagai simbol kehidupan (Silaban. 2024). Filosofinya adalah bahwa manusia, seperti halnya pohon pisang, harus memberikan manfaat bagi sekitarnya sebelum akhirnya “berbuah” dan mengakhiri hidupnya. Namun, pisang juga mengajarkan manusia untuk memahami kehidupan dengan cara yang sederhana. Seperti halnya pisang yang tumbuh tanpa kayu dan memiliki buah yang disusun rapi, manusia juga diajak untuk hidup selaras, memberikan manfaat bagi sesama, dan menjaga keberlanjutan alam.

Dalam konteks religius, penyebutan pisang sebagai buah surga memberikan kesan bahwa buah ini lebih dari sekadar makanan. Pisang melambangkan keberlimpahan. Penyebutan khusus tentang pisang dalam Al Qur’an memperkuat nilai simboliknya sebagai buah yang diberkahi, “(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya)” (QS. Al Waqiah ayat 28-29).

Pisang adalah buah kehidupan dalam makna yang sesungguhnya. Hal itu dapat kita lihat dari sejarah panjang dengan segala manfaat yang terkandung di dalamnya, pisang terus menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Lebih dari itu, simbolisme dan makna spiritual yang terkandung di dalamnya mengingatkan kita akan kebesaran Allah SWT. Tidak berlebihan jika kita menyebut pisang sebagai “buah surga” yang membawa berkah, baik di dunia maupun di akhirat.

Wallahu a’lam bi as shawab

Dr. M. Taufik Hidayatulloh, M.Si
Penulis: Dr. M. Taufik Hidayatullah, M.Si (Sekretaris Komisi Litbang MUI Kabupaten Bogor/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)