Syahriyah MUI Cibinong: Jaga Lisan, Perkuat Akidah, Bangun Harmoni

Syahriyah MUI Cibinong: Jaga Lisan, Perkuat Akidah, Bangun Harmoni Pengajian Syahriyah MUI Kecamatan Cibinong

MUI-BOGOR.ORG – MUI Kecamatan Cibinong kembali menggelar Pengajian Bulanan (Syahriyah) pada Selasa, 25 November 2025 di Musholla Jabal Asri, Perum Bukit Asri RW 09, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong.

Pengajian yang dihadiri para ulama, tokoh masyarakat, jajaran pemerintah kecamatan, para lurah, hingga pengurus RT/RW ini menjadi ruang kebersamaan untuk memperkuat pembinaan keagamaan sekaligus menjaga kondusivitas wilayah.

Narasumber utama dalam kegiatan ini ialah Ketua MUI Kecamatan Cibinong, KH. Moch. Syarifuddin, S.Pd.I, yang menyampaikan kajian dari kitab Sullamut Taufiq.

Dalam paparannya, KH. Syarifuddin memberikan apresiasi kepada Camat Cibinong Drs. Acep Sajidin, M.Si., beserta jajaran yang hadir. Ia mendoakan agar para pemimpin kecamatan senantiasa diberikan kesehatan dan kemudahan dalam memimpin masyarakat.

Ia mengibaratkan pemerintah sebagai fondasi bangunan, sedangkan ulama sebagai penjaga yang memastikan bangunan tetap kokoh dan bersih. Karena itu, sinergi ulama, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci terciptanya lingkungan yang harmonis.

“Cibinong harus menjadi masyarakat yang istimewa, sejalan dengan slogan Kabupaten Bogor Bogor Istimewa, termasuk wilayah Pabuaran yang kini berkembang pesat,” ujarnya.

Pada inti kajian, KH. Syarifuddin membahas tema murtad ucapan, yakni ucapan yang tanpa sadar dapat merendahkan agama dan berpotensi menjerumuskan pelakunya pada dosa besar. Ia menegaskan beberapa hal yang harus dihindari:

  • Mengafirkan sesama Muslim tanpa dasar.
  • Menghina seseorang dengan sebutan “kafir”, “Yahudi”, atau label agama lain.
  • Menghinakan atau memelesetkan nama Allah dan nama-nama Nabi.
  • Memanggil orang dengan sebutan binatang.

“Luka karena pedang bisa sembuh, tetapi luka hati karena ucapan sulit diobati, maka saya  mengingatkan kita agar berhati-hati dalam berbicara, menjauhi hinaan, ejekan, dan ucapan yang dapat menyakiti sesama,” tegasnya.

Kiai Syarif juga mengingatkan bahaya lalai dalam ibadah. Shalat tanpa kehadiran hati hanya akan menjadi rangkaian gerakan yang tidak bernilai di hadapan Allah. Ia mengutip penjelasan para ulama mengenai riya dan syirik kecil yang dapat muncul tanpa disadari.

Dalam suasana hangat, ia juga mengajak khususnya para bapak untuk lebih rajin mengikuti pengajian. “Ibu-ibu seminggu bisa lima sampai tujuh kali pengajian, tapi bapak-bapak kadang-kadang sulit hadir,” ucapnya, memancing senyum hadirin.  Pengajian, tegas Kiai Syarif, adalah pondasi pembentukan akhlak dan ketahanan keluarga, sekaligus benteng generasi muda dari penyimpangan.

KH. Syarifuddin turut menekankan pentingnya menjaga toleransi antarumat beragama. Tidak ada paksaan dalam agama, namun sesama Muslim wajib saling menasihati dalam kebaikan.

Menutup kajian, beliau mengajak hadirin untuk memperbanyak zikir dan menjaga hubungan dengan Allah SWT. “Jika kita terbiasa berbuat baik, Allah akan membalas dengan kebaikan yang lebih besar,” pungkasnya.

Editor: Faisal Wibowo