Langkah Awal di Bulan Syawal

Langkah Awal di Bulan Syawal

MUI-BOGOR.ORG – Alhamdulillah kita telah selesai melaksanakan Ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan ini. Betapa di bulan ini kita telah dididik bagaimana menjadi hamba Allah yang taat. Kita mentaati segala perintah dan larangan-Nya. Tentunya semua itu kita lakukan agar dapat meraih gelar Taqwa, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 183.

Langkah awal di bulan Syawal sebagai penutup ibadah puasa di bulan Ramadhan yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyari’atkan kita untuk melakukan shalat ‘Idul Fitri sebagai rasa syukur atas telah ditunaikannya puasa Ramadhan.

Idul Fitri maknanya adalah kembali berbuka. Pengertian ini diambil dari sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَلُّونَ

“Bulan puasa adalah hari dimana kalian berpuasa, al-fitri adalah hari dimana kalian berbuka dan al-Adha adalah hari dimana kalian menyembelih”. (HR. Tirmidzi)

Mengerjakan shalat ‘Id di sunahkan di lapangan atau tanah lapang yang luas sebagai syi’ar kaum muslimin kecuali di Mekah dikerjakan di dalam Masjidil Harom. Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى

“Rasulullah keluar (shalat) pada hari Fithri dan Adha menuju tanah lapang”. (HR. Bukhari)

Beberapa adab-adab yang perlu di perhatikan ketika menuju tempat shalat ‘Id diantaranya:

  1. Mandi dan makan pagi sebelum berangkat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ .. وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

“Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidaklah berangkat pada hari Idul Fithri sebelum memakan beberapa biji kurma… Beliau memakannya dengan jumlah ganjil”. (HR. Bukhari)

Sa’id bin al-Musayyib Radhiyallahu’anhu berkata:

Sunnah ‘Idul fithri ada tiga: berjalan ke tanah lapang, makan sebelum keluar dan mandi.

  1. Berhias bagi laki-laki dan mengenakan pakaian paling bagus.

Umar radhiyallahu’anhu pernah membeli jubah yang dijual di pasar kemudian ia mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam seraya berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيدِ وَالْوُفُودِ

“Wahai Rasulullah belilah jubah ini dan pakailah untuk ‘Id. (lebaran) dan menerima tamu Negara”. (HR. Bukhari)

  1. Bertakbir sejak keluar dari rumah.

Bertakbir adalah ibadah yang sangat mulia khususnya di hari raya Iedul Fitri dan Iedul Adha. Dari Zuhri radhiyallahu’anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ المُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلَاةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلَاةَ قَطَعَ التكبير

“Bahwasanya Rasulullah keluar pada hari ‘Idul Fithri lalu bertakbir sampai mendatangi tanah lapang dan sampai menunaikan shalat. Setelah selesai shalat beliau menghentikan takbir”. (Hadits Mursal diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah)

Adapun lafadz-lafadz takbir di antaranya:

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan bagi Allah segala pujian’.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ, وَلِلَّهِ الْحَمْدُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَأَجَلُ اللَّهِ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, bagi Allah segala pujian, Allah Maha Besar, pengagungan untuk Allah yang Maha Besar atas hidayah yang diberikan kepada kita.

  1. Berlainan jalan tatkala berangkat dan pulang.

Dari Jabir radhiyallahu’anhu ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Nabi shalallahu alaihi wasallam pada hari ‘Id berlainan jalan tatkala berangkat dan pulang“. (HR. Bukhari)

  1. Tidak ada shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat ‘Id.

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma ia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ صَلَّى يَوْمَ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ ، لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا

Bahwasanya Nabi shalat ‘Idul fithri dua roka’at, beliau tidak shalat sebelum dan sesudahnya“. (HR. Bukhari)

  1. Tidak ada adzan maupun Iqamah

Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu’anhu ia berkata:

Aku pernah shalat bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dua ‘Id (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha) tidak hanya sekali dua kali tanpa adzan dan iqomah. (HR. Muslim)

Berkata Ibnul Qoyyim: “Nabi ﷺ jika telah sampai di tanah lapang beliau langsung sholat tanpa adzan, iqamah dan tidak pula ucapan “as-sholatul jaami’ah”. Yang Sunnah adalah tidak mengucapkan demikian itu’. (Zadul Ma’ad: 442)

Waktu Shalat ‘Idul Fitri dikerjakan setelah matahari meninggi seukuran tombak. Dari Abdullah bin Busyrin salah seorang sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam bahwasanya ia keluar melaksanakan shalat ‘Idul fithri atau ‘Idul Adha maka ia mengingkari lambatnya Imam. la berkata: “Sesungguhnya kami dahulu telah selesai (Shalat) pada waktu ini” waktu itu telah masuk waktu shalat sunnah (dhuha). (HR. Abu Dawud)

Setelah shalat ‘Id langkah selanjutnya adalah dengan banyak bersilaturahmi.

Di bulan syawal, khususnya selepas shalat Idul Fithri, biasanya kita umat Islam memiliki tradisi untuk saling mengunjungi keluarga dan kerabat. Hal ini untuk meningkatkan tali silaturahmi antar sesama.

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturrahmi (dengan kerabat)”. (HR. Bukhari)

Perintah silaturahmi juga termaktub dalam hadis yang berasal dari Abu Ayub Al-Anshari, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ

Beribadahlah pada Allah dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara”. (HR. Bukhari)

Betapa silaturrahmi juga menjadi amalan utama yang mesti di lakukan. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu’anhu aku berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang amalan yang utama, maka beliau Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

يَا عُقْبَةُ صِلْ مَنْ قَطَعَكَ , وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَك وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ

Wahai Uqbah sambunglah orang yang memutuskan (hubungan dengan)mu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan maafkanlah dari orang yang berbuat zalim kepadamu” (HR. Ahmad)

Selain itu langkah awal di bulan Syawal yang perlu di lakukan adalah puasa sunnah selama 6 Hari.

Anjuran puasa syawal ini sebagaimana hadis Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Siapa saja yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh”. (HR. Muslim)

Adapun pelaksanaan puasa Syawal ini bisa dilakukan sehari setelah Shalat Idul Fitri, yakni pada tanggal 2 Syawal hingga berakhirnya bulan. Pengerjaannya pun dapat dilaksanakan secara 6 hari berturut-turut maupun secara acak.

Demikianlah beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai langkah awal di bulan Syawal. Semoga kita selalu diberikan kekuatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala agar selalu Istiqomah dalam melakukan amal shalih hingga ajal menjemput. Aamiin ya Robbal alamin.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Penulis: Dr. Arizqi Ihsan Pratama, M.Pd.
(Alumni PKU angkatan XI/Ketua STAI Darunnajah Bogor)