Moderasi Islam Jalan Tengah Menjawab Tantangan Zaman

Moderasi Islam Jalan Tengah Menjawab Tantangan Zaman Gambar Ilustrasi. By. AI

MUI-BOGOR.ORG – Pendidikan Kader Ulama (PKU) angkatan XIX yang digelar pada  Sabtu (27/9/2025) di Aula Dharmais Sukaraja, Kabupaten Bogor memasuki minggu kesebelas. Pada kesempatan tersebut, hadir KH. Agus Mulyana, MA., selaku Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri yang membawakan materi dengan tema Moderasi Islam.

Dalam pemaparannya, Kiai Agus menyoroti bagaimana ajaran Islam kerap disalahpahami, khususnya di dunia Barat. Menurutnya, sejak awal abad 21, muncul strategi politik global yang menggiring stigma negatif terhadap Islam, salah satunya dengan lahirnya kelompok radikal semacam ISIS. “ISIS itu ciptaan Amerika. Mereka menciptakan hantu, tapi akhirnya takut dengan hantunya sendiri,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Pengasuh Pesantren Algebra International Islamic Boarding School tersebut menyampaikan, bahwa masa depan kejayaan Islam justru akan datang dari Indonesia. Hal ini tidak lepas dari spirit kebangsaan dan keindonesiaan yang telah diwariskan oleh para ulama dan pendiri bangsa.

Ia mencontohkan Presiden Soekarno dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang memiliki kedalaman spiritual (laduni) sehingga mampu membaca arah masa depan bangsa. Gus Dur sendiri, menurutnya, saat menempuh pendidikan di Irak, Mesir, dan Lebanon, melahap literatur-literatur penting hingga menguasai khazanah keilmuan yang luas.

KH. Agus juga menyinggung sejarah perpecahan umat Islam yang bermula pasca wafatnya Rasulullah SAW. Perbedaan itu melahirkan Syiah yang menempatkan Sayyidina Ali di posisi istimewa, serta mayoritas ulama yang berpegang pada Ahlussunnah wal Jamaah.

“Hegemoni politik kala itu berdampak pada akidah. Sikap kita hari ini tidak perlu larut dalam perdebatan tersebut. Cukup kita pahami sebagai sejarah dan jadikan pelajaran,” tegasnya.

Selain itu, ia menyoroti munculnya kelompok Khawarij yang ekstrim dan gemar mengkafirkan pihak lain. Dalam perkembangan fikih, lahirlah empat mazhab besar: Maliki yang konservatif, Hanafi yang menekankan logika, Syafi’i yang berhati-hati, serta Hanbali yang kini banyak diadopsi kelompok Wahabi.

“Moderasi adalah jalan tengah. Islam bukanlah agama kekerasan, tapi rahmatan lil alamin. Tugas kita menjaga nilai itu agar tetap hidup di Indonesia,” pungkas KH. Agus.

Penulis: M. Fadhil Ismayana
Editor: Faisal