Belajar Pulih dari Pohon Gaharu

Belajar Pulih dari Pohon Gaharu
Dr. M. Taufik Hidayatullah, M.Si

Oleh: Dr. M. Taufik Hidayatullah, M.Si (Sekretaris Komisi Litbang MUI Kabupaten Bogor)

Dalam sejarah panjang peradaban manusia, pohon telah menjadi simbol kehidupan berkat pasokan oksigen yang penting bagi kehidupan makhluk hidup. Bagi kita manusia, pohon juga tidak sedikit memberikan manfaat nyata lain yang membuat mereka menjadi teman akrab bagi kita. Sebuah pertemanan yang dimulai sejak manusia tinggal untuk pertama kalinya di bumi, yaitu ketika manusia mulai memahami manfaat kayu sebagai bahan bakar pengusir dinginnya angin malam.

Keberadaan pohon selalu dinanti bagi perindu kesejukan dan keasrian. Hutan belantara dan kebun konon menjadi tempat tujuan bagi manusia untuk melepas penat hidupnya. Di antara keberadaan pohon, disitulah manusia sering menemukan kesejatian dirinya. Karenanya tidak heran bila dahulu, hutan menjadi tempat tujuan para raja yang telah selesai merengkuh dunia lewat kuasanya, untuk menemukan makna hidupnya yang paling terdalam menuju alam keabadian.

Dibalik eksistensi pohon yang seringkali menyelesaikan masalah manusia, ternyata pohon juga memiliki masalahnya sendiri. Pohon sebagai makhluk memiliki hambatan dalam perjalanan hidupnya. Kita sering kali hanya melihat rindangnya daun dan kokohnya batang dari sebuah pohon, tanpa menyadari apakah ia sehat atau tidak. Namun sebagaimana watak alam, makhluk hidup termasuk pohon  memiliki jalan hidup atau daur hidup tersendiri.

Bila pada dunia manusia sering kali melewati banyak cobaan pada dirinya, demikian pula pohon memiliki kesamaan dalam banyaknya cobaan selama hidupnya. Pohon acapkali mendapatkan tantangannya seperti tersayat atau terluka, hingga mengalami kondisi menyedihkan berupa infeksi. Meski demikian saat pohon terluka, ia memiliki mekanisme sendiri untuk menutup lukanya, untuk bangkit dari deritanya.

Di sini getah sebagai resin dalam pohon memainkan peran yang sangat besar. Pada beberapa pohon yang istimewa, peran getah ini tidak saja bermanfaat untuk menyembuhkan luka, namun juga dapat menghasilkan sebuah produk hulu bermutu tinggi yang ia persembahkan untuk alam. Salah satu pohon istimewa tersebut itu dikenal dengan nama pohon gaharu yang tergolong dalam genus Aquilaria dan Gyrinops. Pohon gaharu ini sudah dikenal sejak 3.500 tahun lalu di zaman Mesir Kuno.

Hal tersebut diketahui saat penggalian, di mana fragmen gaharu ditemukan dalam peninggalan arkeologis negeri Piramida tersebut. Di sana, gaharu digunakan dalam praktik pembalsaman, dalam upacara keagamaan, dan sebagai wewangian berkat resin aromatiknya. Sebuah praktik yang menunjukkan penggunaan gaharu yang luas pada waktu itu.

Allah SWT sekali lagi memberikan pelajaran kepada kita melalui perantaraan alam, yaitu pohon gaharu dengan kemampuan menyelesaikan masalahnya. Sedemikian itu Allah SWT ciptakan sesuatu yang tidak diharapkan menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu, sesuatu yang tidak dikehendaki menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Itulah pelajaran dari pohon gaharu yang memiliki kesabaran untuk merecovery hidupnya (memulihkan dirinya) ketika musibah datang. Kehadiran resin gaharu yang berharga di dalam pohon, sebagai respons terhadap musibah (dalam hal ini dapat berupa luka penyebab infeksi), mencerminkan sebuah analogi dalam kehidupan manusia.

Analogi ini menyatakan bahwa dalam kerasnya hidup ini, kita mungkin akan menjumpai tantangan ataupun kesulitan. Namun, di tengah-tengah kejadian yang tak mengenakkan, terdapat potensi untuk melakukan pemulihan. Demikianlah sunatullah itu, hukum Allah SWT yang memberikan campuran dengan komposisi tertentu antara hal yang negatif dengan hal yang positif.

Ini adalah pengingat bagi kita untuk tetap percaya sepenuh hati bahwa Allah SWT lah pemilik rencana yang penuh hikmah di balik sebuah peristiwa. Sama seperti pohon gaharu yang memiliki kemampuan untuk meregenerasi dirinya, kita juga dapat mengembangkan kekuatan untuk pulih dari cobaan yang kita hadapi.

Proses pemulihan diri tidak selalu mudah, melainkan melibatkan kesabaran dan tekad yang kuat. Seperti pohon gaharu yang mengisolasi luka dan membentuk jaringan baru, kita juga perlu menghadapi tantangan dengan strategi hadap masalah, bukannya hindari masalah demi mendapatkan jalan keluar terbaik.

Semoga dengan pencarian maksimal akan kebaikan di setiap situasi dan segala kondisi, kita dapat menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan yang datang. Hanya kepadaNya kita berharap dan meminta pertolongan. Aamiin.

Wallahu a’lam bi as-shawab