Guru Paling Banyak Terjerat Pinjol, Apa Penyebabnya?

Guru Paling Banyak Terjerat Pinjol, Apa Penyebabnya? Foto: Ilustrasi pinjol ilegal (Warta Pontianak - Pikiran Rakyat)

MUI-BOGOR.ORG – Tepat dua mei lalu para pahlawan tanpa tanda jasa merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Dibalik ingar bingar peringatan Hardiknas tersebut, para guru tengah disorot, selain karena gaji guru honorer yang rendah, juga karena profesi yang paling banyak terjerat pinjaman online (pinjol).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut delapan kelompok masyarakat yang paling banyak terjerat utang pinjol, yakni 42% dari kalangan guru, disusul 21% korban PHK, 17% kalangan ibu rumah tangga, 9% karyawan, 4% pedagang, 3% pelajar, tukang pangkas rambut 2% dan ojek online 1%.

Apa sebenarnya alasan penyebab para pendidik terjerat pinjol?

“Faktor utamanya adalah rendahnya literasi keuangan demi memenuhi kebutuhan gaya hidup. Biasanya dipilih karena ada kemudahan, pinjol ilegal itu biasanya cepat [cairnya], karena tidak diteliti profil risikonya [si peminjam],” ujar Deputi Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan OJK Halimatus Sa’diyah, dikutip dari finansial.bisnis.com, Kamis (9/5/2024).

Tim Redaksi mui-bogor.org menghimpun beberapa alasan mengapa guru bisa terjerat pinjol.

Pertama, karena latar belakang ekonomi menengah ke bawah, sehingga para guru tergoda dengan janji pinjaman yang mudah dan cepat. Kedua, keterbatasan guru terhadap akses pembiayaan, hal ini menyebabkan banyak guru yang terkendala dalam memperoleh pinjaman yang pada akhirnya terjebak ke dalam tawaran pinjol.

Ketiga, kemudahan dalam membuat aplikasi pinjol dengan memberikan pinjaman dana yang cepat tanpa mempertimbangkan resiko, legalitas pemberi pinjaman dan kemampuan bayar kemudian (pay later) menjadi pilihan yang menarik. Dan keempat, untuk membayar hutang lain (gali lobang tutup lobang).

Fakta mencengangkan ini, menjadi salah satu indikator betapa dunia pendidikan di Indonesia tengah menghadapi persoalan serius. Bagaimana mungkin bisa membayangkan kemajuan Pendidikan jika sang pendidik terjebak oleh pinjol, padahal guru yang diharapkan memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi namun faktanya justru yang paling banyak terkena jebakan pinjol.

Kesejahteraan guru di negeri ini masih menjadi cerita sedih yang tak kunjung berakhir, pasalnya sebagian besar guru di Indonesia masih berstatus sebagai tenaga honorer dengan besaran gaji yang memprihatinkan, sehingga berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, karena para guru fokusnya terpecah, di satu sisi harus mengajar, namun di sisi lain harus berupaya memenuhi kebutuhan dasar bahkan hingga gali lubang tutup lubang. (fw)